Beijing, 28 Mei 2025 — Di awal 2000-an, dunia sepak bola sempat menoleh ke Timur saat nama Dong Fangzhuo mencuat. Pemain muda asal China itu mencuri perhatian saat bergabung dengan Manchester United dan bahkan sempat bermain dalam laga uji coba melawan bintang sekelas David Beckham. Kini, lebih dari dua dekade kemudian, bayang-bayang Dong kembali muncul — bukan karena prestasinya di lapangan, melainkan karena putranya, Dong Zeming, yang digadang-gadang sebagai calon bintang baru Asia.
Dong Fangzhuo: Harapan yang Pernah Membumbung Tinggi
Bagi banyak penggemar sepak bola Asia, nama Dong Fangzhuo mungkin lekat sebagai simbol harapan yang belum tuntas. Ia adalah pemain China pertama yang direkrut oleh Manchester United pada tahun 2004. Meski kariernya di tim utama tak berkembang seperti yang diharapkan, Dong tetap menjadi pionir dan inspirasi di masa ketika sepak bola Asia masih minim sorotan di kancah Eropa.
Salah satu momen tak terlupakan dalam kariernya adalah saat Dong berhadapan dengan David Beckham dalam laga eksibisi antara tim Asia dan Real Madrid pada 2003. Meski hanya bertajuk persahabatan, laga itu menjadi simbol kehadiran Asia dalam panggung sepak bola dunia.
Namun cedera, tekanan media, dan sulitnya adaptasi di Eropa membuat karier Dong meredup lebih cepat dari yang dibayangkan. Ia kembali ke Liga China dengan status mantan “bintang besar yang tak sempat bersinar penuh”.
Muncul Generasi Baru: Dong Zeming, Darah Muda yang Diperhitungkan
Kini, di usia 39 tahun, Dong Fangzhuo telah pensiun dan memilih fokus pada pelatihan akademi. Tapi dunia kembali menoleh ke keluarganya — kali ini kepada putra sulungnya, Dong Zeming, yang baru berusia 16 tahun namun sudah menjadi pembicaraan di kalangan pemandu bakat Eropa.
Zeming, yang saat ini menimba ilmu sepak bola di akademi Borussia Dortmund, tampil mencolok dalam turnamen junior internasional di Prancis tahun ini. Dengan gaya bermain sebagai penyerang sayap, ia memadukan kecepatan, kecerdasan taktik, dan ketenangan yang jarang dimiliki pemain seusianya.
“Zeming punya kaki ayahnya, tapi punya otak sepak bola yang lebih tenang,” ujar pelatih mudanya di Dortmund, Lars Heinemann. “Ia bukan pemain yang meledak-ledak. Ia bermain seperti sedang membaca catur — selalu dua langkah lebih cepat.”
Beban Nama dan Harapan Baru
Sebagai anak dari eks pemain timnas, Zeming tumbuh dengan cerita-cerita kegagalan dan harapan yang ditunda. Tapi di hadapannya terbentang dua jalan: hidup dalam bayang-bayang sang ayah atau menulis kisahnya sendiri.
Sejauh ini, Zeming memilih yang kedua. Ia tidak aktif di media sosial, jarang muncul dalam sorotan, dan lebih banyak dikenal karena prestasinya di lapangan. Pendekatannya yang tenang dan fokus membuat banyak pengamat menyebutnya sebagai “antitesis dari karier ayahnya yang terlalu cepat dibawa terbang.”
Bahkan beberapa agen Eropa dikabarkan mulai memantau Zeming untuk potensi kontrak profesional di usia 17 tahun. Jika semua berjalan lancar, ia bisa menjadi pemain China pertama dalam dua dekade terakhir yang benar-benar menembus tim utama liga top Eropa — bukan sekadar transfer eksotis.