Jakarta, 27 Juni 2025 — Kejutan datang dari dunia bulu tangkis nasional. Tiga wakil Indonesia dipastikan mundur dari ajang Japan Open 2025, turnamen level Super 750 yang sedianya digelar di Osaka mulai pekan depan. Keputusan ini sontak menuai perhatian dan spekulasi dari penggemar bulu tangkis Tanah Air, mengingat turnamen ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian penting menuju kualifikasi akhir BWF World Tour Finals.
Menanggapi berbagai pertanyaan publik, PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia) akhirnya buka suara. Melalui rilis resmi yang dikeluarkan hari ini, federasi menjelaskan alasan di balik mundurnya ketiga pasangan andalan Merah Putih — dan menegaskan bahwa keputusan ini bukan langkah gegabah, melainkan bagian dari strategi jangka panjang yang telah dipertimbangkan matang.
Siapa Saja yang Mundur?
Tiga wakil Indonesia yang mundur dari Japan Open 2025 adalah:
- Fajar Alfian / Muhammad Rian Ardianto (Ganda Putra)
- Gregoria Mariska Tunjung (Tunggal Putri)
- Rehan Naufal Kusharjanto / Lisa Ayu Kusumawati (Ganda Campuran)
Ketiganya sudah tidak tercantum dalam daftar undian resmi yang dirilis oleh BWF, dan PBSI mengonfirmasi bahwa proses pengunduran telah dilakukan beberapa hari sebelumnya dengan alasan yang berbeda-beda namun saling berkaitan.
Penjelasan PBSI: Antara Cedera dan Prioritas
Dalam keterangannya, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rionny Mainaky, menjelaskan bahwa alasan utama ketiga wakil tersebut mundur adalah faktor kesehatan dan manajemen kebugaran.
“Kami tidak ingin memaksakan atlet tampil jika kondisi mereka tidak berada di level optimal. Fajar/Rian misalnya, Rian mengalami gangguan otot punggung yang sudah kami monitor sejak Indonesia Open. Lebih baik istirahat daripada memaksakan dan memperburuk cedera,” ujar Rionny dalam konferensi pers di Pelatnas Cipayung.
Sementara itu, untuk Gregoria Mariska, pengunduran diri terkait dengan manajemen beban setelah menjalani tur Eropa dan Asia selama dua bulan penuh. PBSI menyebut Gregoria tengah menjalani program khusus pemulihan performa dan stamina di bawah pantauan tim medis dan pelatih fisik.
“Dia masih dalam proses stabilisasi fisik dan psikologis. Kami ingin dia benar-benar siap di kejuaraan dunia bulan depan,” tambah Rionny.
Sedangkan untuk pasangan Rehan/Lisa, PBSI menyebut keputusan itu diambil demi evaluasi dan penyesuaian strategi setelah performa kurang maksimal di beberapa turnamen terakhir.
“Kami sedang mempertimbangkan kombinasi pelatihan dan kemungkinan rotasi pasangan ke depan. Japan Open bukan prioritas utama untuk keduanya saat ini,” ungkapnya.
Respons dari Penggemar dan Komunitas Bulu Tangkis
Keputusan PBSI ini menuai beragam reaksi dari publik. Di media sosial, sejumlah netizen menyuarakan kekecewaan karena tidak bisa melihat andalan Indonesia bertanding di salah satu turnamen besar. Namun, banyak pula yang mendukung langkah PBSI karena dianggap lebih realistis dan berpikir jangka panjang.
“Saya kecewa tidak bisa nonton FajRi di Jepang, tapi kesehatan mereka lebih penting. Jangan sampai jadi seperti Marcus Gideon dulu, dipaksa main terus padahal cedera,” tulis akun @shuttlemania di platform X.
Langkah Menuju Kejuaraan Dunia dan Asian Games
Japan Open sejatinya merupakan turnamen besar yang bisa berdampak pada peringkat dunia dan race menuju BWF Finals. Namun, PBSI menegaskan bahwa fokus utama saat ini adalah Kejuaraan Dunia BWF 2025 di Denmark dan Asian Games 2026 yang semakin dekat.
Menurut Rionny, penyusunan peta program latihan dan pemulihan atlet akan menjadi kunci menghadapi kalender padat ke depan.
“Target kami bukan hanya satu turnamen. Kami bicara tentang menjaga performa atlet hingga tahun depan, bahkan sampai Olimpiade 2028,” tutupnya.