Pada suatu hari di Sungai Kuantan, Riau, tampak sosok kecil yang menari di atas perahu tradisional. Dia bukan penari profesional, melainkan bocah yang kesehariannya tak lepas dari budaya lokal—pacu jalur. Namanya Rayyan Arkhan Dika, atau akrab disebut “Dika”. Ketika video tarian khasnya—disebut “aura farming” atau gerakan pacu jalur—menyebar di media sosial, ia tiba-tiba menjadi sorotan nasional.
Siapa sangka, tariannya yang sederhana itu kemudian membawa Dika duduk berdampingan dengan juara dunia MotoGP, Marc Marquez, di Mandalika. Hari yang tak pernah ia bayangkan itu pun tiba.
Percikan Awal: Viral Lewat Media Sosial
Ketika video Dika menari viral, jangkauan publikasi melebar ke luar lingkungan lokal. Banyak orang tak hanya terpesona oleh kelincahan geraknya, tapi juga simbol budaya yang dibawanya: pacu jalur, lomba dayung khas Riau yang punya akar dalam tradisi lokal.
Media olahraga dan kanal berita pun menyorot kisahnya dengan penuh rasa kagum. Beberapa waktu sebelum GP Indonesia 2025 di Mandalika, tim penyelenggara dan pihak MotoGP (Dorna) menghubungi Dika melalui DM Instagram, lalu melanjutkan komunikasi lewat email. Undangan datang — datang ke Mandalika untuk menyaksikan langsung, bahkan tampil dalam sesi pembuka sprint race. CNN Indonesia+2Riau24.com+2
Dalam satu kesempatan, Dika tampil sebagai pembuka acara sprint race dan mendapatkan akses ke paddock. CNN Indonesia+1
Tak cukup sampai di situ: Dorna juga mengundang orang tua Dika dan manajernya agar menemani serta mendampingi ke Mandalika. Riau24.com+1
Momen Tak Terlupakan: Joget Bersama Marquez
Saat berada di paddock Ducati Lenovo, momen paling magis pun terjadi. Dika dan Marc Marquez berjoget bersama — Dika menari di atas motor Ducati, Marquez mencoba mengikuti dari bawah. Tariannya adalah gerakan pacu jalur, yang disambut tepuk tangan meriah. Jawa Pos+3RCTI++3Riau24.com+3
Marquez, yang beberapa bulan sebelumnya sempat menirukan tarian serupa saat merayakan kemenangan di MotoGP Jerman, terlihat terpesona dengan keluwesan Dika dalam menjaga keseimbangan. Ia mengajak Dika berinteraksi:
“Bagaimana kamu bisa menjaga keseimbangan ketika menari?”
Jawaban Dika sederhana: senyum. RCTI++2Jawa Pos+2
Sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi, Marquez menghadiahkan sepatu balap bertanda tangannya kepada Dika. Warna merah khas MotoGP tersebut kini menjadi simbol bahwa budaya lokal dapat “mengarungi” dunia internasional. Jawa Pos+3RCTI++3CNN Indonesia+3
Mereka kemudian berfoto bersama, dan keluarga Dika pun turut difasilitasi untuk bertemu sang juara. MCI NEWS+2Jawa Pos+2
Makna dari Kisah Kecil
Lebih dari sekadar viral, kisah Dika menyimpan pesan kuat:
- Budaya Lokal di Panggung Global
Gerak tari pacu jalur yang selama ini hanya dikenal di komunitas lokal kini menari di panggung dunia — bersama pembalap MotoGP. Budaya Indonesia, khususnya Riau, mendapat sorotan tak terduga. - Keterhubungan Antara Tradisi dan Modernitas
Ketika dunia balap dan teknologi tinggi bertemu dengan tari dayung tradisional, terbentuk sebuah jembatan—yang bisa menyatukan orang-orang dari latar belakang berbeda. - Apa pun Mimpimu, Peluang Bisa Datang
Dika bukan anak pembalap MotoGP, bukan pula dari latar belakang olahraga internasional. Tapi keberanian menari, ketulusan, dan viral media membukakan pintu kesempatan. Bahkan Dorna dan Marquez, nama-nama besar dalam dunia balap, melihatnya. - Peran Media & Teknologi dalam Menciptakan Kesempatan
Tanpa media sosial dan kemampuan untuk menyebarkan video melalui platform digital, momen ini mungkin tak akan sampai ke telinga Dorna. Keberanian berbagi itu membuka jalan.