Apa Jadinya Kalau Ronaldo dan Messi Bermain di Era 90-an?

Bayangkan sebuah dunia alternatif: Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi bukan pemain kelahiran 1985 dan 1987, melainkan lahir satu dekade lebih awal. Mereka bukan bersinar di era YouTube, VAR, dan media sosial, melainkan tampil di panggung hijau era 90-an, bersaing dengan legenda seperti Diego Maradona, Roberto Baggio, Zinedine Zidane, Ronaldo Nazário, dan Paolo Maldini. Bagaimana jadinya jika dua ikon sepak bola modern ini harus menghadapi tantangan yang lebih “keras” dari masa lalu?

Fisik dan Gaya Bermain: Mampukah Mereka Bertahan?

Era 90-an dikenal sebagai masa ketika permainan sepak bola masih sangat fisikal. Wasit lebih membiarkan duel keras terjadi, dan perlindungan terhadap pemain bintang tidak seketat sekarang. Dalam kondisi ini, Messi—dengan postur mungil dan gaya bermain penuh dribel—mungkin lebih sering menjadi sasaran tekel brutal.

Namun, perlu diingat bahwa Messi memiliki pusat gravitasi rendah dan kelincahan luar biasa, yang mirip dengan Diego Maradona, ikon dekade itu. Maradona mampu bertahan dan bahkan bersinar di tengah permainan keras. Maka, bukan tidak mungkin Messi pun akan menyesuaikan diri dan tetap menjadi ancaman bagi lini belakang lawan.

Di sisi lain, Cristiano Ronaldo yang terkenal dengan kekuatan fisik dan loncatan luar biasa justru tampaknya cocok dengan tuntutan sepak bola 90-an. Ia mungkin akan mengingatkan banyak orang pada sosok Gabriel Batistuta atau George Weah—penyerang yang mengandalkan kekuatan, kecepatan, dan determinasi tinggi. Ronaldo juga bisa dengan mudah menjadi simbol bintang glamor sepak bola 90-an, menggantikan figur seperti David Beckham.

Teknologi Latihan dan Medis: Berkurangkah Dominasinya?

Satu faktor penting yang membedakan era sekarang dengan masa 90-an adalah teknologi olahraga. Hari ini, pemain didukung oleh sistem nutrisi, analisis data, hingga rehabilitasi cedera berbasis sains. Di tahun 90-an, itu semua masih sangat terbatas. Akibatnya, ketahanan fisik dan pemulihan dari cedera lebih lambat.

Tanpa akses terhadap teknologi modern tersebut, mungkinkah Messi dan Ronaldo tetap tampil konsisten selama lebih dari 15 tahun seperti yang mereka lakukan di dunia nyata? Mungkin tidak semudah itu. Tapi bakat alami mereka bisa jadi tetap membawa mereka ke puncak, hanya dengan durasi kejayaan yang lebih pendek.

Taktik dan Formasi: Dimana Mereka Akan Bermain?

Era 90-an tidak mengenal “false nine” atau skema pressing ketat ala Guardiola. Gaya bermain lebih kaku dan banyak mengandalkan pemain sayap dan target man klasik. Messi mungkin akan diposisikan sebagai playmaker murni atau trequartista seperti Francesco Totti, sementara Ronaldo bisa beroperasi sebagai penyerang lubang atau striker utama dalam formasi 4-4-2 atau 4-3-1-2.

Pelatih era itu seperti Arrigo Sacchi, Johan Cruyff, dan Marcello Lippi akan punya pendekatan yang sangat berbeda terhadap kedua pemain ini dibandingkan pelatih modern seperti Zidane atau Pep. Itu bisa menjadi tantangan atau peluang untuk evolusi baru dalam permainan mereka.

Popularitas dan Warisan: Tetapkah Mereka Legenda?

Tanpa media sosial, branding global, dan video highlight setiap pekan, Messi dan Ronaldo mungkin tak akan setenar sekarang. Namun, jika mereka bisa tetap memecahkan rekor dan membawa tim mereka juara di Liga Champions atau Piala Dunia, nama mereka tetap akan tercatat dalam sejarah.

Lihat saja bagaimana legenda seperti Roberto Baggio, Marco van Basten, atau Ronaldo Brasil tetap abadi meskipun berkarier sebelum era digital. Messi dan Ronaldo, dengan skill yang setingkat dewa, pasti akan mendapatkan tempat yang sama—meski mungkin dengan kisah yang lebih mistis daripada viral.